Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sensoris berarti berhubungan dengan indra manusia. Jadi sensoris dalam tumbuh kembang anak artinya kemampuan anak menggunakan dan memanfaatkan indra yang ada pada dirinya. Menurut Maria Montessori, pada tubuh manusia ada 8 indra, terdiri dari 5 indra eksternal dan 3 indra internal. Lima indra eksternal yang sudah kita ketahui yaitu indra penglihatan (visual), indra peraba (tactile), indra penciuman (olfactory), indra pendengaran (audiotory), dan indra perasa (gustatory). Serta 3 indra internal lainnya adalah :
Vestibular adalah Indra yang berkaitan dengan keseimbangan tubuh manusia. Organ yang bekerja ada dalam telinga, yaitu koklea dan otak kecil (cerebellum). Sensasi Vestibular terlihat dari kemampuan anak mendeteksi pergerakan-pergerakan tubuhnya. Misalnya saat bermain jungkat-jungkit atau ayunan, ada perubahan sensasi gerak tubuh terangkat keatas kebawah, terdorong ke depan dan ke belakang. Anak sadar akan pergerakan badannya, serta mampu mempertahankan tubuhnya. Juga pada proses merangkak, anak merasakan pergerakan badan ke arah yang mau dituju, ke depan, ke belakang, ke kanan, ke kiri, atau berputar.
Proprioception atau yang kita kenal kesadaran tubuh berkaitan dengan otot dan sendi. Contohnya adalah saat mengangkat barang dimana otot tangan memberikan dorongan agar dapat mengangkat beban. Contoh lainnya adalah ketika kita bermain trampolin, maka akan diantarkan sinyal pada tubuh kita untuk melompat.
Interoception yaitu kemampuan tubuh manusia menyadari hal-hal yang terjadi dalam tubuhnya yang berkaitan dengan organ dalam. Misalnya kesadaran merasakan haus, lapar, atau rasa ingin buang angin, buang air, dan lain sebagainya.
Penjelasan anak dengan aktivitas sensori ini penting untuk diketahui, karena anak-anak kita belajar melalui indranya. Rangsangan yang diberikan pada indra manusia dinamakan stimulus. Anak-anak memahami lingkungan melalui interaksi indra dan stimulus yang diberikan pada dirinya. Indra adalah gerbang bagi anak untuk memasukkan semua informasi pada otak. Pada umumnya, anak merasakan berbagai sensasi saat indra yang dimilikinya bersinggungan dengan lingkungan. Kemudian sensasi ini disampaikan ke otak lalu disimpan menjadi informasi dalam memori anak kita. Dapat dikatakan, kemampuan anak dalam menggunakan indranya merupakan pintu gerbang kecerdasan anak.
Lantas bagaimana dengan motorik? dan apa saja perannya?. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motorik diartikan sebagai suatu yang bersangkutan dengan penggerak atau gerakan. Motorik dalam tumbuh kembang anak berarti kemampuan anak untuk menggerakkan anggota tubuhnya, meliputi koordinasi dan kontrol kekuatan. Misalnya adalah, kemampuan seorang anak untuk menggerakkan tubuhnya sesuai dengan keinginan dengan tepat, serta kemampuan anak untuk mengontrol kekuatan yang diberikan pada setiap gerakan agar tidak terlalu lemah atau terlalu kuat. Dapat diambil suatu kesimpulan awal bahwa, relasi antara sensorik dan motorik manusia sangat erat.
Hubungan atau relasi sensorik dan motorik dapat digambarkan sebagai berikut. Waktu stimulus yang berasal dari lingkungan masuk ke indra, syaraf sensorik bertugas meneruskannya sampai ke otak. Lalu dari sensasi-sensasi yang dirasakan tersebut, otak memerintahkan anggota gerak melalui syaraf motorik. Dan menghasilkan respon akibat dari relasi sensori & motorik ini. Contohnya, anggota tubuh anak terbentur sesuatu, rasa sakit inilah yang ditangkap saraf sensorik sebagai informasi dan diteruskan ke otak. Kemudian terjadi pengolahan informasi di dalam otak, bagaimana respon tubuh atas stimulus atau rangsangan ini. Respon lalu diteruskan ke anggota tubuh melalui saraf motorik. Sehingga anak kita akan terkejut, berteriak, menangis, atau memegang bagian tubuhnya yang terbentur.
Motorik terbagi menjadi dua yaitu, motorik kasar dan motorik halus. Sangat penting untuk diperhatikan bagaimana motorik bekerja khususnya dalam tumbuh kembang anak. Motorik halus erat kaitannya dengan gerak, terutama gerak otot-otot kecil serta koordinasi mata dan tangan anak. Misalnya, gerak otot kecil dalam kegiatan melipat kertas (origami), mengancing baju, atau keterampilan meronce. Bila motorik kasar sangat berkaitan dengan gerak otot besar dalam tubuh kita. Motorik kasar biasanya meliputi gerakan yang melibatkan hampir seluruh otot pada tubuh, misal gerak berlari, melompat, berguling, merangkak, dan lain-lain.
Motorik dan sensori tidak dapat dipisahkan kaitannya dalam menstimulasi anak. Masa anak- anak adalah masa bermain yang penuh dengan pencarian, rasa ingin tahu, tantangan, dan harus disertai suasana kegembiraan. Pada masa kita kecil , terutama anak-anak di pedesaan banyak warisan permainan-permainan yang berdasarkan kearifan lokal. Alam sekitar menjadi media bermain dengan segala keunikan alat bermain disekitarnya. Tak heran, anak-anak dahulu bila dilihat perkembangan sensorik dan motoriknya lebih berkembang dan mempunyai daya tahan yang kuat dibanding anak-anak sekarang. Yang sebetulnya sangat lebih dibutuhkan anak-anak saat ini mengingat tantangan kehidupan yang makin kompleks.
Tetapi karena faktor globalisasi dalam kehidupan, yang menyebabkan banyaknya perubahan pola hidup dan pola belajar dampak dari dunia digital. Berakibat kurangnya pergerakan tubuh yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan sensorik dan motorik anak. Contohnya, anak sekarang lebih banyak diam bermain ponsel dengan segala fiturnya daripada banyak beraktifitas bermain dengan alam seperti anak jaman dahulu. Menjadikan anak sekarang lebih pasif dibandingkan anak akhir tahun 90an yang lebih aktif di alam. Disamping komunikasi yang kurang interaktif, berakibat anak-anak jaman sekarang lebih sensitif karena mereka lebih nyaman bermain dengan gawai.
Untuk itu diperlukan solusi dan inovasi permainan anak yang cocok sesuai perkembangan, terbatasnya lingkungan bermain, dan bernilai pendidikan. Tentunya permainan ini juga melatih interaksi dan komunikasi anak sehingga melatih kemampuan anak menyelesaikan permasalahannya dalam bermain. Diharapkan dengan permainan edukatif alternatif bermain gawai bisa meningkatkan kemampuan sensorik dan motorik anak-anak saat ini kaitannya dengan pembentukan karakter sportivitas anak.
Saatnya orang tua, pendidik, dan masyarakat, serta perusahaan permainan anak, ikut berperan serta menggali pemikiran untuk menciptakan permainan edukatif yang efektif mengembangkan sensorik dan motorik anak. Karena sensorik dan motorik adalah kemampuan awal anak sebelum mengembangkan kemampuan kognitif belajar di sekolah. Beri kesempatan dan pengalaman sebanyak mungkin kepada anak untuk merasakan segala sesuatu dari lingkungannya. Terutama lingkungan bermain yang sehat adalah salah satu kunci terpenuhinya stimulasi sensorik dan motorik anak untuk generasi emas Indonesia Tahun 2045.