Keong sawah (Pila ampullacea) adalah sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar Asia Tropis.
Keong bisa ditemukan di sawah, aliran parit, serta danau atau daerah yang terdapat air sebagai habitatnya.
Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai siput air, siput sawah, keong godang, atau tutut.
Bentuknya menyerupai siput murbai, tapi keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat hingga hitam.
Keong sawah lebih menyukai perairan jernih dan bersih, seperti kolam, rawa, sawah dan tempat berair lainnya.
Seperti anggota Ampullariidae lainnya, keong sawah (Pila ampullacea) memiliki semacam penutup di tubuhnya.
Penutup atau pelindung tubuhnya yang lunak digunakan untuk mempertahankan dan menyembunyikan diri.
Keong sawah adalah binatang yang bersifat herbivora, yaitu hewan pemakan tumbuh-tumbuhan.
Tanaman yang disukai adalah tanaman masih muda dan lunak seperti enceng gondok, sayuran, dan bibit padi.
Daging keong sawah (Pila ampullacea) ini bisa juga digunakan sebagai pakan ikan.
Cangkang keong sawah (Pila ampullacea) adalah sumber kalsium alami dan banyak tersedia di negara Indonesia.
Maka bisa jadi alternatif makanan hewani lain guna memenuhi kalsium yang dibutuhkan tubuh manusia.
Hewan ini dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah Asia Tenggara dan daerah tropis lainnya.
Keong sawah memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung protein yang cukup tinggi.
Hasil uji proksimat di Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa keong mas memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
Dimana setiap 100 gram daging keong mengandung energi makanan sebanyak 83 kalori, dan protein 12,2 gram.
Kandungan lemak 0,4 gram, karbohidrat 6,6 gram, abu 3,2 gram, fosfor 61 mg, natrium 40 mg, kalium 17 mg.
Dan riboflavin 12 mg, niacin 1,8 mg serta kandungan nutrisi makanan yang lain seperti Vitamin C, Zn, Cu, Mn dan Iodium.
Untuk itu tradisi mencari dan memasak keong pada era terdahulu adalah sesuatu yang mengandung kebaikan.
Yaitu cara orang-orang tua mengenalkan makanan pengganti daging karena pada saat itu jarang memakannya.
Selain karena faktor ekonomi, faktor keterbatasan pasar memenuhi kebutuhan juga menjadikannya mahal.
Semoga Alam tetap lestari dan tradisi berburu keong di daerah tetap terjaga untuk generasi sehat Indonesia.
(Sumber : dari berbagai sumber)